LOMBOK TIMUR (NUSA TENGGARA BARAT), KOMPASPOS.COM - Aksi mahasiswa dan pemuda yang mengatas namakan diri Aliansi Pemuda Dan Mahasiswa Mengg...
LOMBOK TIMUR (NUSA TENGGARA BARAT), KOMPASPOS.COM - Aksi mahasiswa dan pemuda yang mengatas namakan diri Aliansi Pemuda Dan Mahasiswa Menggugat (APM2) menyoroti permasalahan lingkungan yang ada di wilayah Korleko Selatan, aksi ini di berlangsung dengan rute simpang 4 (empat) BRI Selong, Porles Lotim, dan di Kantor Bupati Lombok timur, Rabu, (28/2/24).
Masa aksi ini menyoroti tidak adanya tidak adanya tindakan terhadap tambang ilegal yang berada di Lombok Timur yang semakin menjamur begitu pula khususnya di Korleko Selatan banyak masyarakat terkena dampak lingkungan dari aktivitas galian ini.
Kordum aksi Zaeni Hasyiari mengatakan secara pribadi sebagai kordum kecewa dengan Kapolres Lombok Timur yang tak kunjung menemui masa aksi, berbeda dengan tahun tahun sebelumnya ramah ramah ketika ada persoalan pasti akan ada solusi.
Masih kata Zaeni, tugas kapolres kan memang harus ada keterlibatan Kapolres atau APH secara umum untuk mengkawal tambang galian C.
"Karena hasil dari investigasi kami di lapangan kami menduga secara kuat ada sistem tebus menebus disitu, makanya kami merasa heran sempat bentur-benturan dengan kepolisian, kami yang menyampaikan aspirasi di kawal dengan ketat tapi tambang galian c tidak di kawal secara ketat," tegasnya.
Lanjut Zaeni, secara umum memang jumlah tambang tidak di ketahui, cuma melihat tambang galian yang ada di Korleko Selatan yang di kritisi itu adalah AMDAL (Analisi Mengenai Dampak Lingkungan).
"Yang kami takutkan secara kajian kami adalah jangankan Korleko Selatan yang tenggelam kita yang berada di Lombok Timur akan benar benar tenggelam, apalagi mereka yang pendatang sedangkan kami disini pribumi," ujarnya.
Sedangkan untuk Pemerintah Daerah Lombok Timur, Kata Zaeni, sebelumnya sudah melakukan upaya upaya, hering dengan DLHK namun hasilnya nihil DLHK Lotim angkat tangan dengan hal ini.
"Lalu kemudian saya melakukan hering lagi tembusannya ke PJ Bupati, kok Pj Bupati kayak artis kondang, kalo konser di tugu itu dia hadir PJ Bupati ini, sedangkan kami kirim surat hampir satu bulan full surat yang masuk sampai sekarang tidak ada respon," jelasnya.
Lebih jauh Zaeni memaparkan, sedangkan kondisi yang di lapangan kalo petani ada bukti bersama teman teman saat investigasi bentuk video wawancara bahwa ada tokoh masyarakat di situ yang punya sawah yang setiap tahunnya memang menanam padi.
Tetapi air air ini memang dibuang melalui saluran irigasi, menurut dia, sebenarnya melalui keterangan-keterangan sekitar situ pernah ada kesepakatan antara petani dan pihak yang punya tambang galian ini, bahwa pembuangan hasil galian c ini satu kali dalam seminggu dia membuang.
"Tapi kok ini tidak sekali seminggu dia membuang, awalnya dibuatkan secara AMDAL dibuatkan lingkaran untuk pembuangan cuma itu di buang keluar. Sehingga air ini yang sebetulnya bukan air namun air yang bercampur dengan pasir dan tanah yang kemudian memasuki irigasi persawahan itu yang sangat merusak, sebenarnya kami ingin PJ Bupati untuk bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang ada di Korleko Selatan karena tidak mungkin tidak ada keterlibatan PJ Bupati, yakin saya bahwa tangan tangan besi kami duga oknum oknum yang kuat di belakangnya," pungkasnya.
Penulis : Ril
COMMENTS